Pages

Senin, 03 Januari 2011

LEGENDA KELURAHAN CIKASARUNG

Di sebelah utara kota Majalengka, sekitar kurang lebih  2,5 Km dari pusat kota Kabupaten setelah melewati pasir Malati dan sungai Cideres ada sebuah kelurahan bernama Cikasarung. Kelurahan Cikasarung termasuk dalam wilayah Kecamatan Majalengka dan merupakan perbatasan sebelah utara dengan Kecamatan Dawuan. Jumlah penduduk  Kelurahan Cikasarung saat ini 2885 jiwa dengan mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Sebagai sebuah desa / kelurahan, Cikasarung bersifat homogen, hal ini menjadikan interaksi antar warganya begitu akrab-bersahabat penuh rasa kekeluargaan.

Lajimnya sebuah kawasan pemukiman di daerah Pasundan penggunaan kata ‘ci’ yang diambil dari kata cai  yang berarti air mengandung makna bahwa tempat tersebut subur  dengan terdapatnya sumber-sumber air yang melimpah yang ditenggarai dengan adanya satu atau ada beberapa sungai di tempat tersebut

Di Kelurahan Cikasarung ada sungai yang mana dari nama sungai tersebut lah nama Cikasarung diambil.Sungai Cikasarung berhulu di sebelah Tenggara Kelurahan mengalir sampai desa Karangsambung Kecamatan Kadipaten dan bermuara di sungai Cilutung.

Di antara nama-nama desa/kelurahan yang berada di Kabupaten Majalengka bahkan di Jawa Barat sekalipun,mungkin nama Cikasarung-lah yang terasa asing dan mungkin juga unik di telinga orang-orang yang mendengarnya. Hal tersebut bisa dilihat dari ekspresi orang-orang yang selalu tersenyum ketika nama Cikasarung disebut. Rata-rata mereka beranggapan nama itu diambil dari kata ‘sarung’ dengan mengartikannya ‘cai dina sarung’ ( air di dalam kain sarung ). Atau ada juga yang menghubungkannya dengan cerita rakyat Lutung Kasarung. Namun menurut sesepuh desa nama Cikasarung itu diambil dari nama sungai yang  mengalir melingkari blok  desa. Nama Cikasarung sendiri diambil dari dua kata yaitu: cai dan kasarung.

Menurut para sesepuh desa, asal muasal keberadaan Kelurahan Cikasarung tidak bisa dilepaskan dengan sejarah Kerajaan Islam Mataram di Jawa Tengah. Pada masa Mataram diperintah oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, Mataram berniat merebut Jayakarta yang pada waktu itu bernama Batavia dari tangan penjajah Belanda. Untuk menyukseskan penyerangan tersebut diperlukan perencanaan yang matang dan jitu. Melihat  jarak Mataram-Batavia yang begitu jauh  maka sang Sultan memperhitungkan bahwa masalah logistik atau bahan pangan akan menjadi kendala terbesar yang akan dihadapi oleh pasukan Mataram. Untuk mengatasi hal tersebut Sultan memutuskan untuk mengirim secara rahasia para prajurit yang mempunyai keahliaan bercocok tanam guna membuka lahan – lahan pertanian di sepanjang jalur yang akan di lewati  yaitu di sekitar jalur pantai utara Jawa Barat sekarang ini. Tugas pokok prajurit – prajurit tersebut adalah membuat lumbung-lumbung padi untuk mensuplai kebutuhan  logistik pasukan.

Diceritakan lima orang prajurit Mataram sampai ke sebuah tempat di kawasan Kelurahan Cikasarung saat ini. Di tempat tersebut hanya terdapat beberapa keluarga petani yang sederhana dengan seseorang yang dianggap sebagai sesepuh mereka, tepatnya tempat itu masih berupa babakan bukan kampung apalagi desa. Seperti layaknya orang pedesaan  warga Babakan itu menyambut kedatangan kelima tamu tak dikenal itu dengan ramah, mereka berkumpul di rumah sesepuh bercengkrama penuh keakraban.
“ Jadi apa maksud ki sanak berlima  datang ke sini ?” Tanya sesepuh  setelah orang-orang pulang ke rumahnya masing-masing,  saat suasana mulai tenang.
“ Sebab saya  lihat dari sikap dan penampilan ki sanak bukan para pengembara sembarangan yang kesasar tanpa arah dan tujuan,” lanjutnya lagi.
Kelima prajurit itu saling pandang satu sama lainnya, kemudian keempat orang dari mereka menganggukan kepala kepada seseorang yang menjadi juru bicara, rupanya orang itu adalah pemimpin diantara mereka berlima.
“ Melihat keramahan dan keikhlasan hati menyambut kami berempat, baiklah saya akan menerangkan siapa kami sebenarnya. Kami yakin Aki cukup bijak untuk menyimpan rahasia ini.“ lantas pimpinan itu menceritakan semuanya.

“ Begitulah Ki ceritanya.” Ucap pimpinan prajurit itu.
“ O, begitu. Jadi raden – raden ini  prajurit Mataram.”
“ Jangan panggil kami raden, toh kami hanya prajurit biasa dan lagipula kami sampai ke Babakan ini bisa juga disebut nyasar karena tujuan kami sebenarya adalah jalur pantai Utara Jawa.
“ Baiklah kalau begitu saya pribadi sangat mendukung perjuangan Sultan untuk merebut Batavia. Sebagai bentuk dukungan, Saya akan mengganjar kalian dengan lahan sebelah Timur Babakan ini  untuk digarap menjadi ladang atau sawah.”
“ Ooh… terima kasih sekali, Ki.”  Jawab mereka berlima serempak.
“ Orang – orang Babakan ini penuh  dengan rasa welas asih ini memang Babakan Asih !   “ Seru pimpinan prajurit kegirangan.

Sejak saat itu Babakan tersebut disebut blok Babakan Asih karena orang – orang di Babakan  itu mempunyai  sifat  welas asih yang tinggi. Sedangkan kelima prajurit Mataram  disebut sebagai Balaganjar diambil dari kata  Balad dan Ganjar   yang artinya : Orang – orang  atau kelompok yang diganjar – diberi  anugrah - , dan tempat mukim merekapun disebut blok Balaganjar.

Setelah itu kelima prajurit Mataram yang memang ahli dalam bertani menggarap lahan yang diberikan sesepuh Babakan Asih. Kendala pertama yang mereka temui adalah susahnya mencari sumber air untuk mengairi lahan mereka, karena letak lahan pertanian yang akan mereka garap lebih tinggi dari sungai Cideres deet yang berada di sebelah Utaranya. Akhirnya mereka memutuskan untuk mencari sumber air dibukit sebelah Selatan. Hampir seharian penuh mereka mencarinya, menjelang waktu Ashar mereka menemukan rembesan-rembesan air yang keluar  dari rumpun-rumpun  Honje yang terletak di tebing pasir yang agak landai. Setelah dikorek-korek rembesan-rembesan air itu semakin membesar.
“ Air! Air!”  seru mereka kegirangan.
“ Airnya deras sekali,dan jernih .”
“ Cepat bikin pancuran! Biar nanti besok kita buatkan parit-parit untuk aliran airnya.” Perintah sang pimpinan.

Usai sudah pencarian sumber air  dan pembuatan saluran irigasi. Dengan tangan dingin kelima petani prajurit itu lahan pertanian Balaganjar yang tadinya hanya lading, semak-semak dan ilalang telah berubah memjadi pesawahan yang subur, dan orang – orang Babakan Asih juga mulai bercocok tanam di lahan tersebut.

Sumber mata air sampai sekarang masih mengalir deras bahkan di musim kemarau sekalipun. Penduduk  dusun  Dukuh pasir – bagian dari blok Balaganjar sekarang ini – banyak memanfaatkan  mata air tersebut untuk mandi dan cuci selain untuk mengairi sawah mereka. Penduduk Kelurahan Cikasarung menyebut mata air tersebut dengan sebutan Cihanja   mungkin diambil dari kata honje.

Keberhasilan kelima prajurit Mataram  semakin membuat penduduk Babakan Asih menaruh hormat dan kagum pada mereka. Mereka sering diajak berembuk dalam segala hal yang menyangkut kepentingan bersama. Rasa hormat dan kagum penduduk Babakan Asih  diungkapkan dengan pemberian nama – nama kepada kelima prajurit Mataram tersebut seperti : Ki Ganjar sebutan untuk pimpinan kelima prajurit itu,  dan untuk prajurit yang mempunyai sipat cakap dan pintar mereka menyebut  Ki Jaksa, dan untuk prajurit yang mempunyai keahlian bercocok tanam palawija mereka menyebutnya Ki Bogor, untuk prajurit yang ahli dalam pengobatan mereka menyebutnya Aki Dukun, sedangkan prajurit yang ahli bangunan  Ki Putul,  nama tersebut lalu diabadikan oleh warga Kelurahan Cikasarung menjadi sebuah tempat / buyut.

Dengan kedatangan kelima prajurit Mataram tersebut tarap kehidupan penduduk Babakan Asih   ada peningkatan dari sebelumnya, hal itu bisa terlihat dari hasil panen yang melimpah yang dikarenakan semakin luasnya lahan  pertanian yang digarap. Mereka selalu bisa menyimpan hasil panen tiap musimnya, sisa dari pemenuhan kebutuhan sehari – hari.

Untuk memenuhi kebutuhan mereka menjual hasil pertaniannya ke pasar  yang letaknya kurang lebih 15 Km  di wilayah Kadipaten sekarang ini dengan  cara dipikul melewati hutan belantara. Mereka pergi kepasar setiap seminggu sekali di hari yang biasa mereka sebut sebagai poe pasar. Dan dari pasar ini pula mereka mendapatkan informasi keadaan di luar Babakan tempat tinggal mereka.
Suatu hari bada isya ,sesepuh mengundang kelima prajurit Mataram kerumahnya. 
“ Ada apa Ki? sepertinya penting sekali Aki mengundang kami malam-malam begini.” Tanya Ki Ganjar.
“ Ki Ganjar saya mendengar berita dari tukang kain di pasar bahwa Belanda telah mengetahui rencana Sultan untuk menyerang Batavia dan merekapun telah mengetahui strategi Sultan yang mengirim prajuritnya untuk membuka lahan pertanian, sekarang ini mereka sedang mencari para prajurit yang menyamar jadi petani. Mereka telah banyak menangkapi dan membakar lumbung-lumbung padi di sekitar pesisir pantai Utara Jawa. Saya khawatir keberadaan kalian berlima diketahui oleh mereka, karena itu sebaiknya kalian bersembunyi atau pergi dari Babakan ini.” Jawab Sesepuh menjelaskan maksud mengapa dia mengundang kelima prajurit itu secara diam-diam.
“ Kenapa kami harus pergi Ki, bukankah jika tentara Belanda datang kami bisa mengaku sebagai orang Babakan ini ?” Tanya Ki Ganjar lagi.
“ Penduduk Babakan Asih sedikit, jadi kalau ada orang asing di sini mudah dikenali, lagi pula logat bicara kalian beda sekali dengan kami, sepintas saja orang bisa mengenali bahwa kalian dari Jawa.”
“ Tapi tidak mungkin kan kalau kami  saat ini  harus kembali ke Mataram tugas kami belum selesai.” Ucap Ki  Ganjar.
“ Saya tidak mengusulkan kalian untuk kembali ke Mataram tapi untuk bersembunyi sampai keadaan benar-benar aman.”
“ Bagaimana ini saudara-saudara ?” Tanya Ki ganjar kepada ke empat temannya.
“ Sebagai prajurit Mataram rasanya tidak pantas kita lari atau bersembunyi dari musuh, bukankah kita juga berbekal senjata?”Jawab Ki Putul.
“ Saya sependapat dengan Ki Putul, kita lawan mereka ! biar harus meregang nyawa Kita mati dalam keadaan terhormat. Kita ini sejatinya adalah seorang prajurit ingat itu ! Kita bukan hanya petani Kita prajurit!” Ki Bogor menimpali dengan berapi-api.
“  Saya rasa itu kurang tepat.” Sanggah Ki Jaksa.
“ Mengapa?!” Tanya  Ki Putul dan Ki Bogor hampir berbarengan.
“ Berikan kami alasannya!” Pinta Ki Bogor dengan nada bicara yang sedikit emosional.
“ Karena jika kita melawan, orang-orang Babakan asih akan kena getahnya.” Ujar Ki Jaksa dengan nada yang datar tanpa ekspresi.
“ Ya benar, kita tidak mungkin melibatkan apalagi mengorbankan mereka semua. Mereka petani asli tidak seperti kita.”  Ki Dukun menambahkan.
“ Lagi pula kita kalah dalam hal kelengkapan senjata  dan jumlah prajurit juga kemampuan bertempur, pasti kita kalah total. Keberanian harus tetap ada, tetapi harus memakai akal jangan sampai kita mati konyol.”
“ Apa?! Ki Jaksa menganggap bahwa mati sebagai prajurit di medan perang sebagai sebuah tindakan konyol?” jelas sekali terlihat kekesalan dalam raut muka  Ki Bogor.
“ Bukan begitu maksud saya Ki…”
“ Lalu apa?”  potongnya cepat.
“ Sudah , sudah, yang harus kita utamakan sekarang adalah keselamatan penduduk Babakan Asih, sekaligus  tugas kita juga bisa dijalankan. Lagi pula Sultan menugaskan kita bukan untuk berperang tapi menyiapakan lumbung-lumbung padi untuk logistik pasukan di saat nanti menyerang ke Batavia.” Sela Ki Ganjar menengahi.
“ Tapi Ki Ganjar, Belanda sudah mengetahui hal tersebut.” Ujar Sesepuh mengingatkan.
“ Kita harus mencari jalan keluarnya.” Ucap Ki Ganjar. Semua orang terdiam, termenung berpikir keras mencari jalan keluar yang terbaik. Suasanapun hening dan tegang desah daun-daun bambu yang diterpa angin malam semakin membuat keadaan mencekam.
“ Begini saja.” Ki Ganjar memecahkan kebekuan .
“ Sultan menugaskan kita dan kita tidak boleh menyimpang dari tugas utama kita sebelum ada perintah lain.”
“ Iya saya tahu tapi maksudnya bagaimana ini?” Tanya sesepuh.
“ Maksud saya begini kami berlima akan pindah dari Balaganjar. Kami akan membuka lahan baru secara sembunyi - sembunyi yang jauh dari pemukiman penduduk., jangan sampai ada seorang penduduk yang mengetahuinya dan kami akan membuka lahan secara berpencar supaya tidak mudah dilacak Belanda.” Ki Ganjar menghentikan ucapanya sedangkan kelima orang lainnya terlihat menganguk-angguk sebagai tanda mengerti dan setuju dengan pendapat Ki Ganjar.
“ Saya memerlukan bantuan Aki.” Sabung Ki Ganjar.
“ Apa yang bisa saya bantu?” balas Ki sesepuh.
“ Besok Kami akan pergi ke bukit sebelah Selatan mudah-mudahan disana di temukan tempat yang cocok.”
“ Lalu apa tugas saya?” Tanya sesepuh.
“ Besok pagi-pagi Aki kumpulkan seluruh penduduk yang ada di Babakan Asih kami akan bilang kepada mereka bahwa kami akan berpamitan dengan begitu semua orang akan mengira bahwa kami telah pulang ke kampung halaman. Setelah itu Aki berpura –pura mengantar kami , kita berjalan berputar agar mereka tidak tahu bahwa tujuan kita adalah bukit di sebelah Selatan.”
“ Ya…ya saya mengerti. “ ucap sesepuh.
“ Jadi jika suatu hari ada Belanda datang kemari mencari orang-orang Mataram tidak akan ada orang yang tahu. Hal ini baik sekali untuk keamanan orang-orang di sini. Bukankah hanya Aki seorang yang tahu bahwa Kami prajurit Mataram?” Tanya KI Ganjar.
“ Saya jamin itu,Ki.” Ucap sesepuh meyakinkan  Ki Ganjar.
“ Dan sekarang, mumpung hari telah malam, tolong KI Putul dan Ki Bogor  bereskan persenjataan perang kita, kalian harus membawanya jauh dari sini untuk disembunyikan kalau perlu dikubur saja biar aman. Sedangkan saya dengan Ki Jaksa dan Ki Dukun akan berkemas barang-barang.”
“ Baik ,Ki” Jawab Ki Putul dan  Ki Bogor
“ Saya rasa pertemuan ini telah selesai, Kami mohon pamit untuk berkemas dan bersiap-siap. “Ki Ganjar pamit kepada sesepuh.

Malam itu juga Ki Ganjar dan teman-temannya sibuk berkemas.Ki putul dan Ki Bogor terlihat menyelinap keluar rumah menuju sebuah bukit di sebelah timur dengam membawa   peralatan perang yang mereka punyai semisal keris, pedang, tameng, panah dan tombak. Mereka mengubur benda-benda tersebut dipuncak bukit sebelah timur Balaganjar.
Esok harinya  setelah berpamitan kepada penduduk Babakan Asih kelima prajurit Mataram ditemani sesepuh Babakan mendaki  bukit di sebelah Selatan Balaganjar. Mereka menelusuri setiap tempat  mencari lahan yang cocok untuk membuka lahan pertanian yang baru. Ternyata bukit itu cukup luas malahan lebih luas dari luas Balaganjar ditambah luas Babakan Asih.
“  Tempat ini cukup subur pepohonannya tumbuh dengan bagus, daerah ini sangat cocok untuk pesawahan.” Ujar Ki Ganjar.
“ Ya, sangat sayang sekali kalau hanya di tanami singkong atau ganyong.” Ki Bogor menambahkan lalu ia berjongkok mengambil segenggam tanah dikepal-kepalnya  dan diciumnya.
“ Tapi untuk dijadikan pesawahan kita  membutuhkan pengairan yang baik.”  Jelas Ki Ganjar.
“ Mudah-mudahan kita menemukan sumber air di sini” Kata Ki Jaksa.
“ Saya yakin di sini ada sumber air yang cukup, karena kesuburan sebuah tanah tidak dapat dipisahkan dari keberadaan sebuah air, mereka adalah sepasang sejoli.”  Ki Bogor menjelaskan sambil berkelakar.
“ Ah…Ki Bogor bisa saja.” Ujar sesepuh menepuk bahu Ki Bogor, mereka berenam terkekeh ringan.
“ Kita sudah menemukan tanah yang cocok, tugas kita sekarang adalah menemukan sumber air.” Ucap Ki Ganjar.

Mereka berenam melanjutkan perjalanan, mereka berjalan terus  kearah Tenggara dari tempat  mereka  berkumpul meneliti tanah. Kurang lebih  setengah jam lamanya pencarian akhirnya mereka menemukan sebuah mata air yang cukup besar.  Air menyembur dari dalam tanah  membentuk kubangan  seluas kira-kira dua belas meter persegi, dari kubangan  tersebut air mengalir menganak sungai kearah barat. Kelima prajurit ditemani sesepuh menelusuri aliran sungai tersebut sambil membersihkan aliran sungai dari semak –semak, sampah dan endapan-endapan lumpur atau gundukan tanah yang menghalangi kelancaran aliran sungai. Terlihat mereka bekerja begitu bersemangat sambil bernyanyi riang sekenanya diselingi dengan gurauan-gurauan,  sampai di suatu tempat aliran air sungai itu terlihat aneh. Semestinya aliran besar mengalir searah dengan sungai lajimnya ke arah Barat, akan tetapi ini malah sebaliknya  Sebagian besar aliran itu berbelok kesebelah Utara dan hanya sebagian kecil yang mengalir  ke arah  Barat, itulah yang merupakan suatu keanehan.
“ Cai kasarung!” seru sesepuh.
“ Heran?”
“ Heran?” Seru kelima prajurit Mataram.
“ Saya baru tahu bahwa di bukit ini ada cai kasarung. Harusnya sungai ini mengalir ke Barat, ini malah belok ke Utara sedangkan air yang mengalir ke Barat justru sedikit ( cai leutik ), Sesepuh  terdengar bergumam ia tak bisa menyembunyikan keheranannya. Ternyata aliran air  tidak terus mengalir ke Utara tapi melingkar ke arah Timur berlawanan dengan aliran  sungai induknya ( cai kasarung ).

Sejak saat itulah sungai itu disebut lebak Cikasarung sedangkan aliran sungai yang berbelok ke kanan lalu melingkar kearah Timur disebut lebak eran –diambil dari kata heran dan aliran sungai yang terus mengalir ke arah Barat disebut lebak cileutik.

Akhirnya Ki Ganjar memutuskan bahwa ia akan membuka pesawahan di tempat pertama kali mereka meneliti tanah sedangkan ia akan menetap di sebrang ( peuntas ) sebelah Utara sawah garapannya tepatnya di puncak bukit sebelah selatan Balaganjar .
Dengan tujuan agar ia dapat memantau kedatangan Belanda bila sewaktu-waktu ke Balaganjar. Di tempat Ki Ganjar membuka pesawahan itulah berdiri balai Kelurahan Cikasarung sekarang ini sedangkan sawah yang di garap di seberangnya disebut sawah peuntas.

Ki Jaksa membuat saung tempat tinggalnya di pinggiran sungai Cikasarung agak ke hulu sebelah Tenggara sawah garapan Ki Ganjar dengan tugas menjaga mata air elak yang menjadi sumber air sungai Cikasarung. Sampai sekarang sawah garapannya itu disebut sawah Jaksa.

Ki Putul berdiam tepat di belokan sungai Cikasarung, Eran dan Cileutuk, ia bertugas mengolah tanah di sebelah selatan aliran sungai yang banyak mengandung keusik (pasir) dan memperbesar saluran air Cileutik agar dapat mengairi tanah merah (beureum) di sekitarnya. Dan sawah garapanya di sebut sawah Keusik dan sawah Beureum.

Sedangkan Ki dukun di tugaskan untuk membuka huma – sawah tadah hujan agak jauh dari aliran sungai yaitu sebelah Barat sawah Peuntas. Di tempat tersebut Ki Dukun  mulai ngabeubeura ( membuka ladang ) itulah terdapat sawah Bebera dan Bebera Kiai sekarang ini. Selain itu ia menemukan sungai kecil yang berhulu di rumpun bambu Tamiang,  maka daerah itu ia namakan Lebak Tamiang. Adapun tempat ia membangun saung tempat tinggalnya disebut leuweung Aki Dukun, tepatnya saung itu didirikan cukup jauh dari ladang pertama yang ia buka sebelumnya.

Lain lagi dengan Ki Bogor ia ditempatkan di ujung Barat Kelurahan Cikasarung  saat ini lebih jauh dari Ki Dukun. Ki Bogor ditugaskan untuk membuka perkebunan di hutan tersebut  seperti kebun Singkong, Talas, Ganyong dan Buah-buahan  disamping berhuma seperti halnya Ki Dukun. Selain itu Ki Bogor pun bertugas untuk menjaga dan memelihara pepohonan seperti Jati, Kihujan, Jengjing, Kihiang dan lain-lainnya yang berada di hutan tersebut.di sebelah Utara, di tempatnya   tinggal ia  menemukan sebuah mata air, Ki Bogor pun membendungnya sehingga  menjadi sebuah sumur disebutlah mata air itu dengan sebutan Sumur Bendung, namun karena latahnya lidah orang-orang saat ini penduduk Cikasarung menyebutnya sumur Bandung dan Ki bogor juga menemukan mata air yang keluar dari semak-semak pohon dadap maka diberi namalah daerah sekitarnya dengan sebutan Cidadap.

Keahlian kelima prajurit mataram itu dalam hal bertani memang sangat mengagumkan sampai sekarang  tempat-tempat tersebut menjadi lahan-lahan pertanian yang produktif di Kelurahan Cikasarung terutama sawah Jaksa, sawah Peuntas, sawah Keusik dan sawah Balaganjar  sedangkan daerah lengkungan sungai Cikasarung dengan sungai Eran menjadi pusat Kelurahan Cikasarung .

Namun akhir dari keberadaan kelima prajurit  Mataram tersebut tidak di ketahui dengan jelas ada yang beranggapan bahwa mereka ngahiang menghilang begitu saja tanpa bekas dikarenakan kesaktian mereka yang sangat tinggi ada juga yang beranggapan bahwa mereka pergi ke Batavia bergabung dengan pasukan Mataram untuk berperang  melawan penjajah Belanda. Untuk menghormati jasa-jasa mereka penduduk terus memelihara peninggalan-peninggalan mereka berupa sawah ,ladang dan kebun dengan cara menggarapnya dengan baik; juga memelihara mata air - mata air dan saluran irigasi yang mereka buat. Umumnya masyarakat pedesaan merekapun membuat patilasan-patilasan  yang di sebut buyut diatas saung-saung tempat kelima prajurit mataram tersebut menetap, seperti : buyut Ganjar, Buyut Jaksa, Buyut Putul, Buyut  Aki Dukun dan Buyut Bogor. Adapun tempat dikuburnya senjata-senjata pusaka mereka disebut Buyut Karamat dan tempat tinggal orang yang di beri tugas untuk menjaganya  setiap ( saban ) matahari tenggelam sampai matahari terbit disebut Buyut Saban.
Begitulah cerita asal mula Kelurahan Cikasarung. Lajimnya sebuah legenda  kebenaran ceritanya sangat sulit dibuktikan.

Berdasarkan data yang valid Kelurahan Cikasarung berdiri pada tahun 1865, hal ini dibuktikan dengan adanya sistem pemerintahan yang jelas yaitu dengan di angkat seseorang untuk menjadi Kepala Desa atau Kuwu. Kuwu pertama Desa Cikasarung adalah Bapak Djajasoem yang memerintah dari tahun 1865-1872. 
Adapun Daftar Nama-nama Kuwu yang pernah memerintah desa Cikasarung sebagai berikut:
1 . Kuwu Pertama Bapak Djajasoem  mulai  tahun 1865 – 1872
2 . Kuwu ke Dua Bapak Arti  mulai tahun1872 – 1887
3 . Kuwu ke Tiga Bapak Marma  mulai tahun 1887 – 1894
4 . Kuwu ke Empat Bapak Rowinten mulai tahun 1894 – 1899
5 . Kuwu ke Lima Bapak  Akmar mulai tahun 1899 – 1903
6 . Kuwu ke Enam Bapak Roeslam mulai tahun 1903 – 1921
7 . Kuwu ke Tujuh Bapak Rostinah mulai tahun 1921 – 1928
8 . Kuwu ke Delapan Bapak Ambia Sastrawidjaja mulai tahun 1928 – 1947
9 . Kuwu ke Sembilan Bapak Soetisna mulai tahun 1947 – 1964
10. Kuwu ke Sepuluh Bapak Soetedja  mulai tahun 1964 – 1966
11. Kuwu ke Sebelas Bapak Moh. E. Ma’soem mulai  tahun 1966 – 1981.

Sedangkan mulai  bulan April 1981 Desa Cikasarung resmi berubah menjadi Kelurahan Cikasarung dengan Lurah yang pernah memerintah sebagai berikut:
1 . Lurah Pertama Bapak Moh. E. Ma’soem mulai tahun 1981 – 1984
2 . Lurah ke Dua Bapak  T. Salim  mulai tahun 1984 -1988
3 . Lurah ke Tiga Bapak Drs. Toto Dirtanata mulai  tahun 1988 – 1995
4 . Lurah ke Empat  Bapak Yusanto Wibowo  mulai tahun 1995 – 2000
5 . Lurah ke Lima Bapak  Dadang Iskandar mulai tahun 2000 - 2001
6 . Lurah ke Enam Bapak Syamsu Ishak Sudirman mulai tahun 2001 – 2007
7 . Lurah ke Tujuh  Bapak Jaja Sujana  mulai  Mei  2007 - 2008
8 . Lurah ke Delapan Bapak Jaja Suja'i, SE mulai 2008 - 2009
9 . Lurah ke Sembilan Bapak Mardiyanto, S.Sos, M.si mulai Januari 2010 - Sekarang

Sekarang ini Kelurahan Cikasarung terdiri dari  tiga lingkungan, enam rukun warga  dimana setiap rukun warganya terdiri dari tiga rukun tetangga. Lingkungan yang pertama Lingkungan Kramat jaya terdiri dari  RW 01 dan RW 02 meliputi wilayah sebagian besar pusat kelurahan; kemudian Lingkungan Gandasari  terdiri dari RW 03 dan RW 04 meliputi wilayah sebagian pusat kelurahan ,dusun Sinten dan dusun Suka Asih; yang terakhir Lingkungan Ganjar Asih terdiri dari RW 05 dan RW 06 meliputi wilayah Dusun Dukuh Pasir, Dusun Babakan Asih dan Dusun Balaganjar.

Maka berdasarkan Legenda di atas nama Cikasarung diambil dari dua kata cai dan  kasarung. Cai artinya air bisa juga sungai ,kasarung artinya nyasar atau tersesat jadi Cikasarung berarti aliran air sungai yang nyasar.










3 komentar:

  1. mani waas ka leumbur sorangan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

      Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

      Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

      Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

      Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

      Hapus
  2. KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.

    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.


    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.


    BalasHapus

 

Sample text

Sample Text