Pages

Rabu, 05 Oktober 2011

Perkembangan Intelek


Perkembangan intelek

1.      Pengertian intelek dan intelegensi
·         Menurut english & english dalam bukunya “A Comprehensive Dictionary of  Psychological and Psychoanalitical Terms” , istilah intellect :
1)      Intelek adalah kekuatan mental dimana manusia dapat berfikir;
2)      Intelek adalah suatu rumpun nama untuk proses kognitif, terutama dengan aktifitas yang berkenaan dengan berfikir (misalnya menghubungkan, menimbang dan memahami);
3)      Intelek adalah kecakapan, terutama kecakapan yang tinggi untuk berfikir; (bandingkan dengan intelligence. Intelligence = intellect)
·         Menurut kamus Webster New World Dictionary of  the American Language, istilah intellect berarti :
1)      Kecakapan untuk berfikir, mengamati atau mengerti; kecakapan mengamati hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan dsb. Dengan demikian kecakapan berbeda dari kemauan dan perasaan,
2)      Kecakapan mental yang besar, sangat intelligence, dan
3)      Pikiran atau inteligensi.

Rumusan tentang intelegensi:
·         Singgih Gunarsa dalam bukunya Psikologis Remaja (1991)
Intelegensi merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkan memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkan.


Perkembangan Kognitif dan Intelek Siswa
Tujuan pendidikan meliputi 3 aspek yaitu : Kognitif, Efektif dan Psikomotorik, akan tetapi dari ketiga aspek tersebut aspek kognitiflah yang memiliki pengaruh yang besar pada hasil belajar anak tersebut. Karena kemampuan kognitif itu berkaitan dengan kemampuan mengingat, berfikir dan persepsi.
·         Menurut Gagne
1)      Persepsi ialah kemampuan untuk mengadakan diskriminasi antara objek-objek berdasarkan ciri-ciri fisik objek yang satu dengan yang lain.
2)      Konsep ialah kemampuan untuk mengadakan diskriminasi antara golongan-golongan objek sekaligus membuat generalisasi dengan mengelompokan objek-objek yang memiliki satu atau lebih ciri yang sama.
3)      Kaidah ialah kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang membentuk satu pemahaman baru.
4)      Prinsip ialah kemampuan menggabungkan beberapa kaidah sehingga membentuk pemahaman yang lebih tinggi untuk membantu memecahkan masalah.

Perkembangan emosi pada usia remaja
Masa remaja biasa disebut masa “Badai dan Tekanan” dimana tekanan emosi meninggi diakibatkan oleh perubahan fisik dan kelenjar. Disamping itu dikarenakan juga oleh adanya tekanan-tekanan sosial dan kondisi baru. Biasanya ketika masih menginjak masa kanak-kanak kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu, sehingga ketika masa remaja datang emosinya kurang terkontrol.
Menurut Gensel , ketika memasuki masa remaja awal, kira-kira usia 14-16 sering mudah marah, mudah diransang emosi dan meledak.
Perkembangan Moral
1.      Perkembangan moral pada anak-anak
Perkembangan moral pada masa kanak-kanak masih sangat rendah, karena perkembangan intelektual anak belum matang, dimana ia belum mampu mempertimbangkan segala sesuatu yang akan terjadi akibat kelakuannya. Karena tidak mengerti masalah  standar moral, maka ia hanya belajar “bagaimana” bertindak tanpa mengetahui “mengapa”, sekalipun pada anak-anak yang tergolong cerdas. Anak yang dilarang melakukan sesuatu 1 atau 2 hari dia akan lupa akan larangan itu, sehingga kita membutuhkan waktu yang panjang untuk menciptakan moral yang baik pada anak.
Menurut Piaget : bahwa moralitas melalui paksaan, moral anak otomatis mengikuti peraturan tanpa berfikir atau menilai, dan cenderung menganggap orang dewasa yang berkuasa sebagai maha kuasa. Yang paling penting menurut Piaget bahwa anak menilai suatu perbuatan benar atau salah berdasarkan hukuman bukan pada nilai moralnya.

2.      Perkembangan moral pada masa akhir kanak-kanak
Piaget : antara usia 5-12 tahun, konsep anak mengenai keadilan, salah dan benar sudah berubah. Anak mulai mempertimbangkan keadaan khusus dan akibat sosial terhadap pelanggaran yang dilakukan, bukan lagi berpatokan pada hukuman atau aturan.
Contoh : pada masa anak-anak jika berbohong akan dimarahi dan dipukuli. Akan tetapi perkembangan moral pada akhir masa kanak-kanak bahwa berbohong berakibat buruk pada standar moral dan lingkungannya dan pada akhirnya tidak semua perbuatan itu buruk, sehingga dalam berbagai situasi berbohong bisa dibenarakan.
3.      Perkembangan moral pada masa remaja
·         Piaget, mengatakan “tahap pelaksanaan formal” dalam arti remaja mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggungjawabkanya berdasarkan hipotesis dan proposisi.
·         Kohlberg, mengatakan “moralitas pasca konvensional” yaitu tahap menerima dari sejumlah perinsip yang terdiri dari 2 tahap, yaitu :
   Individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam sebuah aturan sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan standar  moral.
   Iindividu menyesuaikan diri dengan standar sosial dan aturan moral yang ada untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri.

Perkembangan Bahasa
Pada mulanya motif anak mempelajari bahasa adalah agar dapat memenuhi :
1.      Keinginan untuk memperoleh informasi tentang lingkungannya, diri sendiri, dan kawan-kawannya, ini terlihat pada anak usia 2½-3 tahun.
2.      Memberi perintah dan menyatakan kemauannya.
3.      Pergaulan sosial dengan orang lain
4.      Menyatakan pendapat dan ide-idenya.
Ada 4 tugas bagi anak dalam perkembangan bahasa, yaitu :
1.      Pemahaman.
2.      Perbendaharaan kata-kata.
3.      Membuat kalimat.
4.      Mengucapkan.

Karakteristik perkembangan anak remaja (SMA)
 Ciri-ciri perkembanagn anak remaja :
1.      Masa sebagai periode yang penting
Tonner  mengatakan “bagi sebagian besar anak muda, usia antara 12-16 tahun ialah tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan secara moral.” Perkembangan fisik yang cepat disertai dengan perkembangan mental adalah menjadi suatu hal yang penting pada masa ini.
2.      Masa sebagai pencari identitas
Erikson menjelaskan, identitas diri yang dicari oleh remaja berupa upaya menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat atau kelompok tertentu, apakah seorang anak-anak atau seorang yang dewasa?
3.      Masa sebagai yang bermasalah
Setiap periode mempunyai masalah sendiri, namun masa remaja sering menjdi masalah yang sulit, hal itu disebabkan oleh 2 kemungkinan, yaitu:
♦Sepanjang masa kanak-kanak, masalah kanak-kanak sebagian besar diselesaikan oleh orang tua atau guru, sehingga sebagai remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.
♦Karena remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi maslahnya sendiri, menolak bantuan orang tua atau guru.

Seperti kata Anna Freud, “Banyak kegagalan disertai akibat tragis, bukan karena ketidakmampuan individu tetapi karena kenyataan tuntutan yang diajukan padanya justru pada saat semua tenaganya dihabiskan untuk mengatasi masalah pertumbuhan dan perkembangan yang normal.”
4.      Masa yang menimbulkan ketakutan
Majeres mengatakan, “ banyak anggapan populer tentang remaja yang mempunyai arti bernilai tapi sayangnya banyak banyak diantaranya yang bersifat negative. Anggapan streotip budaya remaja adalah anak-anak yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berprilaku merusak menyebabkan orang yang membimbing dan mengawasinya merasa takut untuk bertanggungjawab dan bersifat tidak simpatik terhadap prilaku remaja normal.
5.      Remaja tidak realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu, ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana dia inginkan bukan sebagaimana adanya.

Perkembangan intelektual dan emosional anak
Dewasa ini banyak anak-anak yang mengikuti pendidikan di taman kanak-kanak. Pada hari-hari sekolah anak-anak selalu menanyakan pada diri sendiri apa yang dapat diperbuat di sekolah, pelajaran apa yang diinginkan dan sebagainya. Demikian juga bagi guru, apa yang dapat diajarkan kepada anak-anak di bawah usia 6 tahun tersebut. Namun setelah usianya lebih dari 6 ahun anak-anak dapat mengembangkan diri sebab kemampuannya meningkat, mereka dapat berfikir secara konseptual, memecahkan masalah, mengingat, dan mempergunakan bahasa dengan baik.
a.      Perkembanagn intelektual
Beberapa aspek perkembangan intelektual pada usia kanak-kanak
1.      Perkembanagn kognitif; Tahapn Operasi Konkret Piaget, menurut Piaget, kadang-kadang anak usia 5-7 tahun memasuki tahap operasi konkret (concrete operations), yaitu pada waktu anak dapat berfikir secara logis mengenai segala sesuatu. Pada umumya mereka pada tahap ini berusia kira-kira sampai 11 tahun.
2.      Berpikir Operasional; menurut Piaget pada tahap ketiga anak-anak mampu berpikir operasional: mereka dapat mempergunakan berbagai simbol, melakukan berbagai bentuk operasional, yaitu kemampuan aktivitas mental sebagai kebalikan dari aktivitas jasmani yang merupakan dasar untuk mulai berfikir dalam aktifitasnya. Walaupun anak-anak yang preoperasional dapat membuat pernyataan mental tentang oby’sk dan kejadian-kejadian sekalipun tidak dapat dalam seketika, cara belajar mereka masih terikat pada pengalaman fisik. Anak-anak yang ada pada tahapoperasional konkret lebih baik daripada anak-anak yang preoperasional dalam mengadakan klasifikasi, bekerja dengan angka-angka, mengetahui kensep-konsep waktu dan ruang, dan dapat membedakan antara kenyataan dengan hal yang bersifat fantasi.karena pada dewasa ini anak-anak berkurang sifat egoisnya, dan anak-anak pada tahapan operasi konkret lebih bersifat kritis, mereka lebih banyak dapat mempertimbangkan suatu situasi daripada hanya memfokuskan pada suatu aspek, sebagaimana yang merek lakukan pada preoperasiorial. Mereka sadar bahwa pada umumnya berbagaioperasi fisik dapat diganti. Peningkatan kemampuan mereka untuk mengenali terhadap orang lain dapat mendorong untuk berkomunikasi lebih efektif dan dapat berfikir lebih fleksibel. Akan tetapi anak-anak usia sekolah lebih berfikir secara logis daripada waktu mereka masih muda, cara berfikir mereka masih terikat pada kenyataan atau kejadian pada waktu sekarang, artinya terikat pada hal-hal yang sedang dihadapi saja. Menurut Piaget kondisi semacam ini berlaku sampai pada tahap berbagai operasi formal, dimana biasanya sampai pada tahap remaja, anak-anak mampu berfikir secara abstark, tes hipotesis, dan mengerti tentang kemungkinan (probabilitas).
3.      Konservasi; konservasi adalah salah satu kemampuan yang penting yang dapat mengembangkan berbagai operasi pada tahap konkret. Dengan kata lain konservasi adalah kemampuan untuk mengenal atau mengetahui bahwa dua bilangan yang sama akan tetap sama dala substansi berat atau volume selama tidak ditambah atau dikurangi.
4.      Bagaimana konservasi dikembngkan; pada umumnya anak-anak bergerak dengan melalui tiga tahapan dalam menguasai konservasi sebagaimana dikemukakan diatas.


b.      Perkembangn emosi
1.      Gangguan emosional pada anak-anak
Terdapat beberapa gangguan emosional pada masa kamak-kanak sehingga terkesan dan sebagai penyebab ketakutan kanak-kanak untuk melakukan kegiatan.
Contoh :
·         Pada suasana gelap sehingga takut melakukan sesuatu pada malam hari.
·         Takut berhadapan dengan seorang dokter  karena pernah mendapatkan pengobatan yang berlebihan dosisnya (overdosis).
·         Akibat ketempramenan orang dewasa, misal anak sering dimarahi sehingga takut berhadapan dengan orang dewasa, baik dengan orang tua sendiri maupun orang lain.
Kurang lebih 20-25% anak-anak menderita gangguan seperti contoh di atas, hal ini menjadi masalah bagi para psikiater. Dan hanya 1 diantara 5 orang anak yang mendapatkan perawatan dengan baik. Gangguan semacam ini dapat disebabkan karena berbagai macam faktor. Menurut hasil penelitian Pittsburgh diperoleh data informasi  bahwa 22% dari 789 usia anak antara 7-11 tahun sering mendapat perawatan dari seorang psikiater yang mentimpulkan masalah pada tahun pertama (Costello el al, 1988).
Dari hasil penelitian lain diperoleh informasi bahwa terdapat 5-15% anak yang mengalami gangguan, namun prosentase yang rendah ini mewakili 3-9 juta anak (Knith.cr, 1984; US Departement of Health and Human Sendess, USDHHS, 1980).
Anak laki-laki di Afrika dan Amerika,dan anak-anak dari keluarga yang kurang mampu, mengalami resiko yang tinggi kerena tekanan hidup dan streesdalam hidupnya, akibatnya mereka sering mengulang kelas di sekolahnya hal ini juga dapat disebabkan karena orang tuanya sering kali yang bermasalah dengan psikiater (Costello el al, 1988).
2.      Beberapa tipe masalah pada anak
Kebrutalan atau kebringasan anak nampak pada prilakunya; mereka menunjukan suatu perbuatan yang sering kali memerlukan bantuan orang lain.misalnya berkelahi, membohonh, mencuri, merusak hal milik dan merusak aturan yang berlaku. Bentuk-bentuk tindakan tersebut merupakan ekspresi yang keluar dari emosional yang terganggu. Sekalipun pada umumnya anak-anak berusaha merubahnya dan menutupi prilaku mereka dengan mengemukakan alasan untuk dapat dipercayai oleh orang lain, menutupi kebohongannya dengan bermaksud menghindari hukuman karena perbuatannya. Akan tetapi ketika anak erusia lebih dari 6 atau 7 tahun sekalipun mereka tetap membuat cerita yang bohong, mereka merasa sadar dan tidak aman perasaannya. Oleh karena itu mereka membuat cerita yang muluk-muluk agar orang lain percaya kepadanya; dapat pula mereka lakukan berbuat bohong tersebut karena untuk menyenangkan orang tuanya (Chapman. 1974).
Setiap prilaku anti sosial yang kronis harus dianggap sebagai suatu tanda adanya emosional yang terganggu.
3.      Gangguan kecemasan
Berbagai gangguan kecemasan dimulai pada masa kanak-kanak. Gangguan keinginan tersebut dapat berupa gangguan keinginan terpisah dan ketakutan (phobia). Gangguan keinginan terpisah dari orang yang terdekat disebabkan berbagai hal yang berbeda-beda dan dapat berakibat anak mengalami sakit kepala, sakit perut dsb. Akan tetapi kondisi semacam ini sangat berbeda diantara anak-anak yang berusia 1 atau 2 tahun yang mempunyai gangguan keinginan terpisah.
Anak-anak yang mempuanya gangguan semacam ini sering kali tidak amu berteman, dengan kata lain dia suka menyendiri dan selalupeduli terhadap penyakitnya. Kondisi ini dapt mempengaruhi ana laki-laki dan perempuan pada usia kanak-kanak sampai usia mahasiswa.
4.      Takut sekolah
Suatu ketakutan yang tidak realistik adalah apabila seorang anak tidak mau sekolah, mungkin semacam ini merupakan keinginan terpisah. Ketakutan terhadap guru yang keras atau takut mendapat tugas yang berat di sekolah. Ketakutan anak tersebut adalah wajar, hal ini bukan disebabkanoleh anak, melainkan oleh lingkungan yang tidak kondusif.oleh karena itu suasana sekolah harus dirubah. Berkaitan dengan masalah tersebut hal yang harus kita lakukan adalah :
1.      Dijaga jangan sampai anak tersebut suka membolos/meninggalkan kelas.
2.      Orang tua perlu mengetahu bahwa anaknya tidak hadir di sekolah.

Unsur yang palin penting mengatasi anak yang phobia pada sekolah dapat dimulai sejak dini dan dilakukan tersu-menerus. Apabila perlakuan semacam ini dilakukan secara teratur dan bimbingan dengan baik, maka pada saat kembali ke sekolah anak tersebut tidak aan mengalami kesukaran apapun.
D Gordon & Young, 1976 menyatakan, bahwa perlakan yang baik dapat menolong anak menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
5.      Kematangan sekolah
Kematangan sekolah merupakan suatu kondisi dimana anak telah memiliki kesiapan cukup memadai, baik dilihat dari fisiknya maupun mental, untuk dapat memenuhi tuntutan pendidikan formal. Dalam hubungan tuntutan yang bertalian dengan aspek penguasaan materi atau bahan pelajaran dan kemampuan membina interaksi antara teman-teman sebaya, baik teman satu kelas maupun kelas lain, berinteraksi dengan guru,kepala sekolah dan personil sekolah lainnya. Secara umum usia anak yang diangap matang sekolah adalah 5 atau 6 tahun. Pada rentang usia ini anak telah mencapai perkembangan fisik sebagai dasar yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan segala sesuatu di sekolah (antara lain anak telah mampu mengurus dirinya sendiri, menguasai penggunaan alat tulis dengan betul, dan dapat menerima makanan padat). Disamping itu perkembangan kognitif memadai juga sangat dibutuhkan, misalnya anak mulai dapat membaca dan menulis, kemampuan membaca dan menulis ini sangat penting karena sebagai dasar  untuk memahami materi pelajaran di sekolah. Secara psikis, pada usia ini anak telah mampu bersosialisasi dalam arti dapat membedakan anak laki-laki dan perempuan serta berusaha membedakan antar benar dan salah. Kemampuan besar lainnya ialah bahwa anak telah mampu mengembangkan hubungan emosional yang sehat dengan orang tua, teman sebaya dan orang lain. Selain menerima kasih sayang anak juga mampu memberikan kasih sayang kepada orang lain.
6.      Depresi pada masa kanak-kanak
Anak-anak yang mulai sadar akan popularita sering kali mengatakan “tidak ada orang seperti saya”. Namun ketika ucapan tersebut ditujkan kepada kepala sekolah oleh seorang anak berusia 8 tahun yang kebetulan teman kelasnya telah menuduh dia mencuri dompet gurunya, hal semacam ini merupakan tanda bahaya bagi sekolah. Akibatnya anak tersebut tidak  mau lagi datang ke sekolah karena malu. Untunglah bahwa anak yang tertekan tersebut jarang yang berkepanjangan, walaupun angka bunuh diri pada anak-anak muda meningkat. Gangguan depresi tersebut juga mengakibatkan anak tidak suka bersenang-senang, tidak dapat berkonsentrasi dan tidak dapat menunjukan sikap emosional yang normal. Anak-anak yang depresi sediki sekali suka berjalan dan berteriak.
Gejala-gejala depresi (Malmquist,1988, Poznanski, 1982) :
·         Gangguan konsentrasi
·         Tidur kurang
·         Mulai berbuat kejelekan di sekolah
·         Tidak merasa bahagia
·         Selalu mengeluh karena penyakit jasmani yang dideritanya
·         Selalu merasa bersalah
·         Takut sekolah atau sering kali memikirkan bunuh diri
Anak usia sekolah yang sedang mengalami depresi biasanya kurang bergaul dan tadak memiliki kompetensi akademik, namun hal tersebut masih belum jelas penyebabnya apakah kuragnya kompetensi tersebut dikarenakan adanya depresi atau sebaliknya, yaitu depresi akibat tidak kompetennya anak. (Blechman, Mcenroe, Carella & A’iderte, 1986)
7.      Perawatan problema emosional
Pilihan untuk perawatan secara khusus untuk gangguan tertentu sangat tergantung pada berbagai faktor, misalnya problema yang bersifat alamiah,kepribadian anak. Kesediaan orang tua untuk berpartisivasi, kemudahan diperolehnya perawatan dalam masyarakat sosial ekonomi orang tua dan orientasi profesional pada pertamakali berkonsultasi.
Beberapa jenis terapai perawatan secara psikologis dapat dilakukan dengan beberapa cara :
a)      Terapi secara individual, yaitu dengan melihat anak satu persatu, membantu agar anak dapat mengenal dirinya atau kepribadiannya dan hubungannya denganorang lain, dan menginterprestasikan perasaan dan prilaku anak. Para ahli terapi dapat menerima berbagi perasaan yang dikemukakan anak, dan anak memang berhak untuk menytakan perasaan tersebut. Psikoterapi anak biasanya akan lebih efektif apabila dikombinasikan dengan memberikan konsultasi pada orang tuanya.
b)      Terapi jangka pendek dan jangka panjang
Terapi ini merupakan penetapan sistematik dari sekumpulan prisip belajar terhadap suatu kondisi atau prilaku yang dianggap menyimpang, dengan tujuan melakukan perubahan. Perubahan yang dimaksud dapat berarti menghilangkan, mengurangi, meningkatkan atau memodifikasi suatu kondisi atau prilaku tertentu.
Secara umum terdapat dua jenis terapi utama, yaitu
v  terapi jangka pendek biasanya berkaitan dengan masalah ringan yang dapat diselesaikan dengan memberikan dorongan (encouragement), dukungan, memberi ide-ide bagus, menghibur atau membujuk anak agar mau berbuat sesuatu.
v  terapi jangka panjang, yaitu bertalian dengan masalah yang memerlukan keteraturan dan kontinuitas demi terciptanya perubahan prilaku anak.
o   Terapi bermain, terapi ini berusaha mengubah prilaku anak yang bermasalah, dengan menempatkan anak dalam situasi bermain.
o   Terapi keluarga, terapi ini berusaha mengubah prilaku anak yang memiliki permasalahan dalam lingkungan keluarga saling akrab satu sama lain dan saling mencintai, saling mendukung atau menggambarkan bantuan dengan penuh pengertian.
o   Terapi prilaku atau modifikasi prilaku, metode ini digunakan dengan mempergunkan teori belajar untuk mengubah prilaku anak yaitu dengan menghilangkan prilaku yang tidak disenangi (seperti pemarah) atau mengembangkan keinginan (misalnya PR).
c)      Efektifitas terapi
Pada umumnya terapi fsikologis sangat membantu (RJ Casey & Berman, 1983). Pada tinjauan (review) 75hasil studi, diperoleh informasi bahwa anak-anak yang memperoleh perawatan mendapat skor lebih baik daripada anak-anak yang tidak memperoleh perawatan.











Intelektual anak
Pendahuluan
A.    Latar  belakan masalah
Perkembangan berarti serangkaian perubhan progresif yang terjai sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Van den den dan Daele (Hurlock : 2) “perkembangan adalah perubahan secarakualitatif.” Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan atau peningkatan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang, melainkan suatu proses integrasi adri banyak struktur dan fungsi yang kompleks. Perkembangan juga diartikan sebagai “Perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaanya atau kematangan (maturation) yang berlangsung secara sisitematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupu Fsikis (rohaniah).”
(Syamsu Yusuf : 83) “Perkembangan suatu proses perubahan pada diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sisitematis progresif dan berkesinambungan.”
(Ani Cahyadi, Mubin, 2006 : 21-22) “Dan semua para ahli sependapat bahwa yang dimaksud perkembangan adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa, namun mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yan hakiki.”
Hubungan dengan intelektual remaja bahwa inteligensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan prilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektualnya. Dalam mengartikan inteligensi (kecerdasan) ini para ahli mempunyai pengertian yang beragam :
C.P. Chaplin (1975) “inteligensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif”



Pengertian intelek dan intelegensi
·         Menurut english & english dalam bukunya “A Comprehensive Dictionary of  Psychological and Psychoanalitical Terms” , istilah intellect :
4)      Intelek adalah kekuatan mental dimana manusia dapat berfikir;
5)      Intelek adalah suatu rumpun nama untuk proses kognitif, terutama dengan aktifitas yang berkenaan dengan berfikir (misalnya menghubungkan, menimbang dan memahami);
6)      Intelek adalah kecakapan, terutama kecakapan yang tinggi untuk berfikir; (bandingkan dengan intelligence. Intelligence = intellect)
·         Menurut kamus Webster New World Dictionary of  the American Language, istilah intellect berarti :
4)      Kecakapan untuk berfikir, mengamati atau mengerti; kecakapan mengamati hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan dsb. Dengan demikian kecakapan berbeda dari kemauan dan perasaan,
5)      Kecakapan mental yang besar, sangat intelligence, dan
6)      Pikiran atau inteligensi.
·         Wechler (1985) merumuskan inteligensi sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Inteligensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan prilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektualnya. Dalam mengartikan inteligensi (kecerdasan) ini para ahli mempunyai pengertian yang beragam.


Hubungan intelek dengan tingkah laku
Kemampuan berfikir abstrak menunjukan perhatian seseorang terhadap kejadian dan peristiwa yang tidak kongkrit, misalnya : pilihan pekerjaan, corak hidup bermasyarakat, pilihan pasangan hidup yang sebenarnya masih jauh di depannya. Bagi remaja, corak prilaku pribadinya di hari depan dan corak tingkah lakunya sekarang akan berbeda. Kemampuan abstrak akan berperan dalam perkembangan kepribadiannya. Kemampuan abstrak mempermasalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana semestinya menurut alam pikirannya. Situasi ini (yang diakibatkan kemampuan abstraksi) akibatnya dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan putus asa. Disamping itu organ sentris masih terlihat dalam pikirannya.
1.      Cita-cita dalam idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri tanpa memikirkan akibat lebih jauh, dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2.      Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian orang lain daripada tujuan perhatian diri sendiri. Pandangan dan penilain diri sendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka egosentrisme berkurang. Pada akirnya pengaruh egosentrisitas pada remaja sudah sedemikian kecilnya, sehingga berarti renaja sudah dapat berpikir abstrak dengan mengikutsertakan pandangan dan pendapat orang lain.
Karakteristik perkembangan intelek remaja
Inteligensi pada remaja tidak mudah di ukur karena tidak mudah terlihat perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada umumnya 3-4 tahun pertama menunjukan perkembangan kemampuan yang hebat, selanjutnyan akan terjadi perkembangan yang teratur.
Pada masa remaja kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk bertambah. Pada masa awal remaja, kira-kira pada usia 12 tahun, anak berada pada masa yang disebut “masa operasi formal” (berfikir abstrak). Pada masa ini remaja telah berfikir dengan mempertimbangkan hal yang mungkin; disamping hal yang nyata (riil) (Gliedmen, 1986 : 475-475).
Pada masa usia remaja ini anak sudah dapat berfikir abstrak dan hitotek. Dalam berfikir operasional formal, setidaknya mempunyai dua sifat yang penting, yaitu :
1.      Sifat deduktif hipotesis
Dalam mnyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan pemikiran teoritik. Yang menganalisis masalah dan mengajukan cara-cara penyelesaian hipotesisi yang mungkin. Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara berfikir induktif  disamping deduktif. Oleh sebab itu dari sifat analisis yang ia lakukan, ia dapat membuat strategi penyelesaian. Analisis teoritik ini dapat dilakukan secara verbal. Anak lalu mengajukanpendapat-pendapat atau perdiksi tertentu, yang juga disebut proporsi-proporsi.



Pengaruh pola asuh terhadap perkembangan bahasa anak
Setiapinsan memiliki potensi yang sama untuk menguasai bahasa. Proses dan sifat penguasaan setiap orang berlangsung dinamis dan melalui tahapan berjenjang. Dalam hal ini dekal 2 istilah yakni pemerolehan dan pembelajaran bahasa.
Kridalaksana (2001:159) mendefinisikan pemerolehan bahasa (language acquisition) sebagai proses pemahaman dan penghasilan bahsa pada manusia melalui beberapa tahap, mulai dari meraban sampai dengan kefasihan penuh; sedangkan pembelajaran bahasa (language learning) diartikan sebagai proses dikuasainya bahasa sendiri atau bahasa lain oleh seorang manusia.
Krashen (dalam Johnson & Johnson, 1999:4) menyifati pemerolehan sebagi peroses alami yang berlangsung tanpa adanya perhatian secara sadar terhadap bentuk-bentuk linguistis; kondisi minimal pemerolehan ialah partisipasi dalam kondisi komuniksi yang alami. Adapun pembelajaran merupakan proses yang terjadi secara sadar yang oleh Krashen ditandai dengan dua karakteristik: adanya umpan balik dan pengisolasian kaidah. Sebagai ahli mengeritik gagasan Krashen karena dianggap tidak mampu membedakan kedua proses tersebut secara memuasakan.
Terlepas dari itu, para ahli bersepakat bahwa aspek yang terpenting dalam pemerolehan bahasa adalah fungsi bhasa. Salah satufungsi bahasa adalah sebagai alat berkomunikasi. Karena itu, seseorang yang sering menggunakan bahsa untuk berkomunikasi akan semakin tinggi tingkat kompetensi dan performansinya. Dengan katalain, faktor interaksi akan lebih menentukan keberhasilan seseorang dalam penguasaan bahsa.
Disamping itu pola asuah yang keratif, inovatif, simbang, dan sesuai dengan tahap perkembangan anak-anak menciptakan interaksi dan situasi komunikasi yang memberi konstribusi poitif terhadap keterampilan berbahasa anak. Dengan kata lain kealamian memperolah bahasa tidak dibiarkan mengalir begitu saja, tetapi direkayasa sedemikian rupa agar anak mendapat stimulasi posiif sebanyak dan sevariatif mungkin. Dengan demikian, diharapkan anak tidak akan mengalami kesulitan ketika memasuki tahap pembelajaran bahasa untuk kemudian menjadi sosok yang terampil berbahasa. Secara mentali, pemerolehan bahasa bisa dimulai sjak bayi masih dalam kandungan. Sang ibu bisa mengajak bayi berkomunikasi tentang hal yang positif. Kontak batin antara ibu dan janin akan tercipta dengan baik apabila kondisi psikis ibu dalam keadaan stabil. Keharmonisan yang terjalin lewat komunikasai bisa mempengrauhi kejiwaan anak. Orang tua bisa mengajak anak bercerita tentang kebesaran sang pecipta dan alam kebesaran-Nya; mengenalkannya pada kicau burung,rintik hujan, desir angin; mendengarkan kalam Ilahi atau membacakan kisah-kisah bijak.
Yudibrata dkk. (1998:65-72) menjelaskan bahwa selmabulan-bulan pertama pasca lahir atau sebelum seorang anak mempelajari kata-kata yang cukup digunakan sebagi sarana komunikasi, anak secara kreatif terlebih dahulu akan menggunakan 4 bentuk komunikasi prabicara (preespeech). Keempat prabicara itu adalah tangisan, ocehan/celoteh/meraban, isyarat dan ungkapan emosional.
Menurut para pakar, perkembangan pemerolehan bahasa pada anak sangat berhubungan dengan kematangan neuromoskularnya
 

Sample text

Sample Text